Akhirnya terbeli juga deh itu majalah. Sebuah majalah ternama terbitan ibukota edisi tahunan. Seorang teman di facebook sedikit mengupas isi majalah itu. Pokoknya,wajib baca! Begitu sarannya. Karena penasaran,ya terbelilah itu majalah,meski bulan ini kantongku sudah cukup terkuras untuk membeli majalah-majalah lain,untukku n anakku...
"Hidup pasti lebih bergairah,jika dijalani seperti penjelajah. Penuh rasa ingin tahu,menyukai setiap hal tak terduga,antusias pd perubahan. Tidak mandek ketika situasi menjadi mapan,berani berpikir dan melakukan yg berbeda. Ini memang soal keberanian,sekaligus kecermatan mengukur besarnya resiko. Columbus 'tak sengaja' menemukan Bernua Amerika. Marcopolo melintasi separuh dunia untuk mencapai daratan Cina. Namun siapa pun bisa menemukan 'dunia-dunia baru' yg tak terbayangkan sebelumnya jika saja mau membiarkan dirinya melangkah lebih jauh dr tempatnya berdiri sekarang." Kalimat-kalimat yg penuh inspirasi... Apalagi terpampang foto-foto sang pemimpin redaksi saat sedang 'berpetualang' ke Rotorua-New Zealand,Pamukalle-Turki dan Namibia-Afrika. Hiks,bikin iri aja...
Sejak dulu aku memang punya obsesi bisa ke luar negeri. Entah itu karena mengikuti tugas suami (karena aku bukan wanita karir,ya nunut bojo wae lah...),bersekolah atau sekedar berlibur. Mungkin teman sebangkuku di SMP (Edelline Veronia) masih ingat apa yg aku tulis di buku BK tentang cita-citaku di masa depan,yaitu bisa bersekolah di Harvard Unversity,Amerika Serikat... Hihihi. Ngayal banget ya. Untuk ukuran anak SMP,itu cita-cita yg bagaikan punguk merindukan bulan. Terlalu muluk... Tp entah kenapa,sudah terpatri sedari dulu. Bagiku Harvard adalah simbol pendidikan yg paling elit. Tak mudah untuk bisa bersekolah di sana. Hanya orang-orang tertentu yg punya kecerdasan luar biasa. Dan lulusannya,dipastikan akan sukses besar. Salah satunya Mark Zuckenberg,pencipta facebook. Tapi angan tinggal lah angan. Dengan kecerdasan yg 'pas-pasan',akhirnya aku tersadar dan cukup tau diri untuk melupakan cita-citaku itu. Alhamdulillah,ternyata aku bisa diterima dan menikmati indahnya menjadi seorang mahasiswa di salah satu 'reputable university',di jurusan yg lumayan favorit pula. Kadang kalo inget aku pernah punya cita-cita sekolah di Harvard,jd suka senyum-senyum sendiri. Gue getho loh,dengan kecerdasan yg biasa-biasa ajah,kuliah di Harvard??? Nekadsss!!! Hihihi.
Saat kuliah,sebenarnya aku punya banyak kesempatan untuk ke luar negeri lewat program pertukaran pemuda. Tapi entah kenapa selalu saja menyeruak rasa tidak percaya diri untuk mendaftarkan diri. Meski sudah mengikuti kursus Inggris di sebuah lembaga bahasa asing terkenal di Jogja,aku merasa kemampuan bahasa Inggrisku masih saja kurang. Apalagi,konon katanya,untuk bisa menjadi salah satu kandidat program pertukaran pemuda,syaratnya adalah bisa menguasai salah satu tarian Indonesia. Menari??? Hehehe,enggak deh. Kalo cuma nyanyi,aku mah jagonya. Tapi kalo nari,mesti mikir-mikir berjuta-juta kali dulu... Akhirnya sampai lulus kuliah,cita-citaku ke luar negeri kandas di tengah jalan. Apalagi selang 1 bulan setelah wisuda,aku langsung dipersunting suamiku,tanpa sempat mengaplikasikan ilmuku di dunia kerja. Apalagi mendaftarkan schoolarship untuk bersekolah ke luar negeri.
Dulu aku sempat iri dan meratapi nasib melihat temen-temenku bisa keluar negeri. Sahabatku saat kuliah bekerja sebagai pramugari di maskapai penerbangan asing. Dia biasa singgah dari satu negara ke negara lainnya hanya dalam hitungan minggu. Melihat foto-fotonya berpose di landmark beberapa negara,rasanya ngenes banget... Temen kuliahku yg lain pernah bekerja sebagai wartawati kepresidenan. Jadi setiap sang kepala negara sedang melawat ke mancanegara,bisa dipastikan dia ikut serta menjadi salah satu anggota rombongan. Aku amat menikmati catatan perjalanannya di blog pribadinya. Jadi serasa aku sendiri yg mengalaminya. Temen kuliahku yg lain mengikuti suaminya yg melanjutkan studinya ke Australia,bahkan melahirkan anak pertamanya di sana. Belum lagi cerita dr temen SD-ku yg melanjutkan kuliahnya di Jerman,kemudian ke Malaysia. Salut lah dengan keberanian dan kenekadannya sekolah di luar negeri dengan segala keterbatasan dan kekurangan yg dimilikinya. Belum lagi adikku,yg nilai bahasa Inggrisnya selalu mepets n pas-pasan,sekarang bisa melanggang dengan leluasa setiap tahunnya ke luar negeri. Secara,dia kerja di kapal pesiar... Malaysia,Belanda,Perancis,Rusia,Amerika,Kanada,Meksiko adalah beberapa negara yg pernah disinggahinya. Upline-ku di sebuah direct selling yg aku ikuti,setiap tahunnya bisa jalan-jalan ke luar negeri gratis,sebagai penghargaan atas prestasi penjualan yg diperolehnya. Masih banyak lagi teman-temanku yg kini bekerja dan berdomisili di mancanegara. Uh,kayanya keren banget ya bisa berpose di landmark negara-negara lain... Inilah dampak langsung dari globalisasi. Setiap orang sekarang bisa dengan mudah bekerja di berbagai negara.
Here I am,'terperangkap' dalam hirup-pikuk dunia rumah tangga... Duniaku sekarang hanyalah rumah,sekolah anakku,pasar,tak pernah jauh-jauh dari kota kelahiranku Cilacap... Dulu aku sering bolak-balik ke luar kota untuk kulakan dagangan. Tapi semenjak keberadaan internet semakin mempermudah kehidupan,aku jd tidak tertarik lagi untuk hunting dagangan ke luar kota. Cukup klik,pesen via sms/e-mail,transfer,selang beberapa hari kurir ekspedisi akan mengetuk pintu depan rumahku,membawa barang-barang yg aku pesan. Begitu mudah dan...murah,karena aku tidak perlu lagi mengeluarkan biaya-biaya tak terduga untuk akomodasi dan transportasi. Ya,bagiku dunia memang selebar daun kelor... Tp tak mungkin lah aku terus meratapi nasib atas pilihan yg telah aku putuskan. Suamiku belum pernah bertugas ke luar negeri. Jadi aku tak pernah mengikutinya bertugas ke luar negeri. Pernah memang dia diberi kesempatan. Tapi dia menolaknya mentah-mentah,karena negara yg dituju adalah negara non muslim,yg pastinya akan mempersulitnya dengan penampilannya sekarang ini. Mengajukan beasiswa ke luar negeri? Buat apa? Aku sekarang hanyalah ibu rumah tangga. Bersekolah lagi sepertinya bukan pilihan yg tepat,karena aku sedang berkonsentrasi mengurus keluargaku terlebih dahulu. Jalan-jalan? Wah,sama saja buang-buang duit... Untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini pun harus benar-benar diperhitungkan. Kalo uangnya buat jalan-jalan ke luar negeri,bagaimana anakku bisa melanjutkan pendidikan tingginya. Lebih baik uangnya ditabung saja. Tul ga? Intinya,dengan isi kantong yg pas-pasan harus R E A L I S T I S...
Tapi bagaimanapun obsesi untuk bisa ke luar negeri tetap ada. Kemana lagi kalo bukan untuk melaksanakan ibadah haji,menunaikan panggilang Sang Illahi. Kalo ini,insya Alloh,selama hayat dikandung badan,selama napas masih berhembus,akan diusahakan sekuat tenaga. Bukan sekedar gaya-gayaan or pamer. Inilah kewajiban yg harus kita laksanakan. Kenapa kita lebih mengutamakan membeli rumah,kendaraan atau sekedar jalan-jalan ke luar negeri,padahal ada yg lebih wajib dari itu semua... Untuk hal yg satu ini,mau ga mau,harus diusahakan. Semoga Alloh mengabulkannya,disaat yg tepat,di saat segalanya sudah siap. Aamiin...
Bagiku duniaku hanyalah selebar daun kelor... Dengan segala keterbatasan aku tak bisa membiarkan diriku melangkah lebih jauh dari tempatku berdiri sekarang. Batinku pun tak sanggup menerawang lebih dalam lagi untuk membayangkan bagaimana rupa negara lain,meski aku sudah membaca ratusan judul buku dan menonton film-film dengan latar belakang negara-negara lain. Tapi aku tak stagnan sampai di sini. Lewat ilmu bahasa Inggris yg aku ajarkan,aku berharap murid-muridku bisa menjadi bagian dari peradaban dunia,bisa berpartisipasi dalam era globalisasi,namun tetap ingat pada akar budaya dan asal-muasalnya,tanpa meninggalkan identitasnya sebagai muslim sejati. Lewat QS Al Hujurat/49:13 Alloh SWT berfirman: "Hai manusia,sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yg paling mulia di sisi Alloh ialah orang yg paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Mengutip apa yg diucapkan oleh Imam Syafi'i:
"Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkanlah negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah,kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah,manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan. Jika mengalir menjadi jernih,jika tidak,kan keruh menggenang. Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa. Anak panah jika tidak tinggalkanbusur tak aka ken sasaran. Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam,tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang. Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang. Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan..."
Jika Alloh berkehendak,apapun bisa terwujud. Jadi jangan berhenti bermimpi meski saat ini kamu merasa duniamu hanya selebar daun kelor... ^_^
"Hidup pasti lebih bergairah,jika dijalani seperti penjelajah. Penuh rasa ingin tahu,menyukai setiap hal tak terduga,antusias pd perubahan. Tidak mandek ketika situasi menjadi mapan,berani berpikir dan melakukan yg berbeda. Ini memang soal keberanian,sekaligus kecermatan mengukur besarnya resiko. Columbus 'tak sengaja' menemukan Bernua Amerika. Marcopolo melintasi separuh dunia untuk mencapai daratan Cina. Namun siapa pun bisa menemukan 'dunia-dunia baru' yg tak terbayangkan sebelumnya jika saja mau membiarkan dirinya melangkah lebih jauh dr tempatnya berdiri sekarang." Kalimat-kalimat yg penuh inspirasi... Apalagi terpampang foto-foto sang pemimpin redaksi saat sedang 'berpetualang' ke Rotorua-New Zealand,Pamukalle-Turki dan Namibia-Afrika. Hiks,bikin iri aja...
Sejak dulu aku memang punya obsesi bisa ke luar negeri. Entah itu karena mengikuti tugas suami (karena aku bukan wanita karir,ya nunut bojo wae lah...),bersekolah atau sekedar berlibur. Mungkin teman sebangkuku di SMP (Edelline Veronia) masih ingat apa yg aku tulis di buku BK tentang cita-citaku di masa depan,yaitu bisa bersekolah di Harvard Unversity,Amerika Serikat... Hihihi. Ngayal banget ya. Untuk ukuran anak SMP,itu cita-cita yg bagaikan punguk merindukan bulan. Terlalu muluk... Tp entah kenapa,sudah terpatri sedari dulu. Bagiku Harvard adalah simbol pendidikan yg paling elit. Tak mudah untuk bisa bersekolah di sana. Hanya orang-orang tertentu yg punya kecerdasan luar biasa. Dan lulusannya,dipastikan akan sukses besar. Salah satunya Mark Zuckenberg,pencipta facebook. Tapi angan tinggal lah angan. Dengan kecerdasan yg 'pas-pasan',akhirnya aku tersadar dan cukup tau diri untuk melupakan cita-citaku itu. Alhamdulillah,ternyata aku bisa diterima dan menikmati indahnya menjadi seorang mahasiswa di salah satu 'reputable university',di jurusan yg lumayan favorit pula. Kadang kalo inget aku pernah punya cita-cita sekolah di Harvard,jd suka senyum-senyum sendiri. Gue getho loh,dengan kecerdasan yg biasa-biasa ajah,kuliah di Harvard??? Nekadsss!!! Hihihi.
Saat kuliah,sebenarnya aku punya banyak kesempatan untuk ke luar negeri lewat program pertukaran pemuda. Tapi entah kenapa selalu saja menyeruak rasa tidak percaya diri untuk mendaftarkan diri. Meski sudah mengikuti kursus Inggris di sebuah lembaga bahasa asing terkenal di Jogja,aku merasa kemampuan bahasa Inggrisku masih saja kurang. Apalagi,konon katanya,untuk bisa menjadi salah satu kandidat program pertukaran pemuda,syaratnya adalah bisa menguasai salah satu tarian Indonesia. Menari??? Hehehe,enggak deh. Kalo cuma nyanyi,aku mah jagonya. Tapi kalo nari,mesti mikir-mikir berjuta-juta kali dulu... Akhirnya sampai lulus kuliah,cita-citaku ke luar negeri kandas di tengah jalan. Apalagi selang 1 bulan setelah wisuda,aku langsung dipersunting suamiku,tanpa sempat mengaplikasikan ilmuku di dunia kerja. Apalagi mendaftarkan schoolarship untuk bersekolah ke luar negeri.
Dulu aku sempat iri dan meratapi nasib melihat temen-temenku bisa keluar negeri. Sahabatku saat kuliah bekerja sebagai pramugari di maskapai penerbangan asing. Dia biasa singgah dari satu negara ke negara lainnya hanya dalam hitungan minggu. Melihat foto-fotonya berpose di landmark beberapa negara,rasanya ngenes banget... Temen kuliahku yg lain pernah bekerja sebagai wartawati kepresidenan. Jadi setiap sang kepala negara sedang melawat ke mancanegara,bisa dipastikan dia ikut serta menjadi salah satu anggota rombongan. Aku amat menikmati catatan perjalanannya di blog pribadinya. Jadi serasa aku sendiri yg mengalaminya. Temen kuliahku yg lain mengikuti suaminya yg melanjutkan studinya ke Australia,bahkan melahirkan anak pertamanya di sana. Belum lagi cerita dr temen SD-ku yg melanjutkan kuliahnya di Jerman,kemudian ke Malaysia. Salut lah dengan keberanian dan kenekadannya sekolah di luar negeri dengan segala keterbatasan dan kekurangan yg dimilikinya. Belum lagi adikku,yg nilai bahasa Inggrisnya selalu mepets n pas-pasan,sekarang bisa melanggang dengan leluasa setiap tahunnya ke luar negeri. Secara,dia kerja di kapal pesiar... Malaysia,Belanda,Perancis,Rusia,Amerika,Kanada,Meksiko adalah beberapa negara yg pernah disinggahinya. Upline-ku di sebuah direct selling yg aku ikuti,setiap tahunnya bisa jalan-jalan ke luar negeri gratis,sebagai penghargaan atas prestasi penjualan yg diperolehnya. Masih banyak lagi teman-temanku yg kini bekerja dan berdomisili di mancanegara. Uh,kayanya keren banget ya bisa berpose di landmark negara-negara lain... Inilah dampak langsung dari globalisasi. Setiap orang sekarang bisa dengan mudah bekerja di berbagai negara.
Here I am,'terperangkap' dalam hirup-pikuk dunia rumah tangga... Duniaku sekarang hanyalah rumah,sekolah anakku,pasar,tak pernah jauh-jauh dari kota kelahiranku Cilacap... Dulu aku sering bolak-balik ke luar kota untuk kulakan dagangan. Tapi semenjak keberadaan internet semakin mempermudah kehidupan,aku jd tidak tertarik lagi untuk hunting dagangan ke luar kota. Cukup klik,pesen via sms/e-mail,transfer,selang beberapa hari kurir ekspedisi akan mengetuk pintu depan rumahku,membawa barang-barang yg aku pesan. Begitu mudah dan...murah,karena aku tidak perlu lagi mengeluarkan biaya-biaya tak terduga untuk akomodasi dan transportasi. Ya,bagiku dunia memang selebar daun kelor... Tp tak mungkin lah aku terus meratapi nasib atas pilihan yg telah aku putuskan. Suamiku belum pernah bertugas ke luar negeri. Jadi aku tak pernah mengikutinya bertugas ke luar negeri. Pernah memang dia diberi kesempatan. Tapi dia menolaknya mentah-mentah,karena negara yg dituju adalah negara non muslim,yg pastinya akan mempersulitnya dengan penampilannya sekarang ini. Mengajukan beasiswa ke luar negeri? Buat apa? Aku sekarang hanyalah ibu rumah tangga. Bersekolah lagi sepertinya bukan pilihan yg tepat,karena aku sedang berkonsentrasi mengurus keluargaku terlebih dahulu. Jalan-jalan? Wah,sama saja buang-buang duit... Untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini pun harus benar-benar diperhitungkan. Kalo uangnya buat jalan-jalan ke luar negeri,bagaimana anakku bisa melanjutkan pendidikan tingginya. Lebih baik uangnya ditabung saja. Tul ga? Intinya,dengan isi kantong yg pas-pasan harus R E A L I S T I S...
Tapi bagaimanapun obsesi untuk bisa ke luar negeri tetap ada. Kemana lagi kalo bukan untuk melaksanakan ibadah haji,menunaikan panggilang Sang Illahi. Kalo ini,insya Alloh,selama hayat dikandung badan,selama napas masih berhembus,akan diusahakan sekuat tenaga. Bukan sekedar gaya-gayaan or pamer. Inilah kewajiban yg harus kita laksanakan. Kenapa kita lebih mengutamakan membeli rumah,kendaraan atau sekedar jalan-jalan ke luar negeri,padahal ada yg lebih wajib dari itu semua... Untuk hal yg satu ini,mau ga mau,harus diusahakan. Semoga Alloh mengabulkannya,disaat yg tepat,di saat segalanya sudah siap. Aamiin...
Bagiku duniaku hanyalah selebar daun kelor... Dengan segala keterbatasan aku tak bisa membiarkan diriku melangkah lebih jauh dari tempatku berdiri sekarang. Batinku pun tak sanggup menerawang lebih dalam lagi untuk membayangkan bagaimana rupa negara lain,meski aku sudah membaca ratusan judul buku dan menonton film-film dengan latar belakang negara-negara lain. Tapi aku tak stagnan sampai di sini. Lewat ilmu bahasa Inggris yg aku ajarkan,aku berharap murid-muridku bisa menjadi bagian dari peradaban dunia,bisa berpartisipasi dalam era globalisasi,namun tetap ingat pada akar budaya dan asal-muasalnya,tanpa meninggalkan identitasnya sebagai muslim sejati. Lewat QS Al Hujurat/49:13 Alloh SWT berfirman: "Hai manusia,sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yg paling mulia di sisi Alloh ialah orang yg paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Mengutip apa yg diucapkan oleh Imam Syafi'i:
"Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman. Tinggalkanlah negerimu dan merantaulah ke negeri orang. Merantaulah,kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah,manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang. Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan. Jika mengalir menjadi jernih,jika tidak,kan keruh menggenang. Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa. Anak panah jika tidak tinggalkanbusur tak aka ken sasaran. Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam,tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang. Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang. Kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa jika di dalam hutan..."
Jika Alloh berkehendak,apapun bisa terwujud. Jadi jangan berhenti bermimpi meski saat ini kamu merasa duniamu hanya selebar daun kelor... ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar