Beberapa hari yg lalu,saat membuka lemari koleksi buku-bukuku,tiba-tiba mataku tertuju pd sebuah buku tulis besar seukuran folio yg letaknya agak menjorok di pojokkan. Buku itu sepertinya sudah bertahun-tahun tidak aku buka dan baca-baca. Buku bersampul gambar bunga-bunga yg didominasi warna coklat dan bertuliskan floral ini bisa dibilang adalah buku diary-ku saat waktu kuliah dulu. Isinya macam-macam. Mulai dari rencana kegiatanku selama setahun,refleksi diri,resensi film (Titanic n My Bestfriend's Wedding),vocabulary kata-kata bahasa Inggris yg belum aku hapal,nama-nama temenku dari lahir sampai kuliah beserta biodata dan ciri-ciri fisiknya (maksudnya biar ga lupa. Tp,amazingly most of them now,registered as my friends in facebook,setelah bertahun-tahun ga ada kabar beritanya...),puisi-puisiku,lirik-lirik lagu kesenanganku,quotations dari orang-orang sukses,tulisan-tulisanku,sampai daftar nilai IP-ku ... Ternyata dulu aku kurang kerjaan banget ya,sampai iseng nulis sebanyak itu. Hehehe.
Kubuka lembar demi lembar. Mataku terhenti pada sebuah tulisan yg dulu aku kutip dari salah satu buku pegangan semasa kuliah. Aku lupa buku apa itu. Sebuah tulisan dari Dorothy Law Nolte,judulnya
"CHILDREN LEARN WHAT THEY LIVE"
Jika anak dibesarkan dengan celaan,ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan,ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian,ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan,ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,ia beajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan,ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Saat pertama kali membaca tulisan itu,aku langsung mencatatnya. Aku bertekad untuk menerapkan apa yg dituliskannya saat mendidik anak-anakku kelak. Tulisan ini menjadi semacam rujukan dan pedoman dalam menerapkan pola asuh terhadap anak-anakku nantinya. Aku ingin menjadi orang tua yg bisa menjadikan anak-anakku manusia-manusia yg bisa mengendalikan dan membawa dirinya sebaik-baiknya,penuh percaya diri,bisa menghargai orang lain,selalu bersikap adil,menyenangi dirinya hingga akhirnya belajar menemukan cinta dalam kehidupannya...
Pikiranku menerawang jauh ke masa silam. Seandainya orang tuaku dulu membaca apa yg dituliskan oleh Dorothy,sepertinya masa kecilku akan terasa lebih indah lagi. Kuakui,masa kecilku sangat membahagiakan. Aku memperoleh apa yg anak-anak lainnya dapatkan,melakukan berbagai permainan,menonton film-film yg sedang trend,mengunjungi berbagai objek wisata,mencoba berbagai makanan,minuman dan jajanan yg enak-enak... Masa kecil yg menyenangkan tentunya. Tp tak ada yg tahu isi hatiku ini. Ada yg selalu mengganjal dalam diriku,apalagi kalau bukan perlakuan orang tuaku terhadapku. Ternyata teman-temanku juga banyak yg diperlakukan sama. Celaan,cemoohan,penghinaan bahkan juga tindak kekerasan,sepertinya bukan hal yg asing dilakukan orang tua terhadap anak,bahkan tak jarang guru-guru pun melakukan hal yg sama. Dorongan,semangat,motivasi,pujian,dukungan adalah hal yg sepertinya sulit sekali dilakukan. Beruntunglah anda-anda yg tidak mengelami masa kecil seperti itu. Bagiku,perlakuan seperti itu sangatlah membekas dihati. Aku pun berjanji akan memperlakukan anak-anakku dengan sebaik-baiknya perlakuan. Aku tidak ingin seperti orang tuaku.
Hingga akhirnya aku berkeluarga dan memiliki satu anak,apa yg dituliskan Dorothy ini aku terapkan pada anakku. Pujian,dorongan,kata maaf,sepertinya begitu mudah aku lontarkan. Anakku pun tumbuh menjadi anak yg cerdas, penuh semangat,percaya diri,berani tampil,mudah bergaul,supel... Tapi entah kenapa,meski bertekad untuk selalu memperlakukan anakku dengan sebaik-baik perlakuan,selalu saja aku membentaknya,memakinya,saat dia melakukan kesalahan. Mulanya dia masih menurut padaku. Namun masa-masa dimana dia mulai sekolah,menjadi masa yg menegangkan. Mungkin karena melihat kelakuan teman-temannya yg sering menangis,memukul,mudah marah,dia jd ikut-ikutan. Kalau sedang berada diantara kerumunan orang banyak,aku bisa menahan sabar. Jaim dong. Hehehe. Tp saat tidak bersama orang lain,aku kerap menjewer,mencubit atau memukulnya. Dulu metode itu berhasil diterapkan orang tuaku padaku. Kalau sudah 'dihajar militer',begitu aku mengistilahkannya,aku akan diam,takut orang tuaku akan bertambah marah. Tapi ketika diterapkan pd anakku,yg ada dia malah semakin mengamuk dan menangis sejadi-jadinya. Ternyata nggak mempan... Siapa yg bisa menahan emosi ketika sedang dihadapkan pada situasi semacam ini. Kepala rasanya mau pecah menahan amarah. Ubun-ubun kepala ini rasanya seperti terbakar,saking panasnya... Astaghfirullohal'adiim... Setan apa yg sedang bergelayut dalam diriku. Apa yg tidak ingin aku lakukan seperti orang tuaku,ternyata aku sendiri melakukannya.
Berbekal berbagai buku,majalah dan tabloid tentang pola asuh dan perkembangan anak,aku jadi mengetahui apa kesalahanku. Salah satunya adalah dualisme pola asuh yg diterapkan antara aku dan suamiku, versus kedua orang tuaku. Anakku adalah cucu pertama bagi orang tuaku. Mereka kerap memanjakan anakku. Apa yg dilarang oleh aku dan suamiku justru diperbolehkan oleh orang tuaku. Anakku kerap mendapatkan apa yg diinginkannya,padahal bagiku,anak harus berprestasi dan berbuat baik terlebih dahulu untuk mendapatkan reward,dan banyak lagi pertentangan yg dilakukan. Kadang aku tidak terima dengan sikap orang tuaku. Dulu mereka begitu keras terhadapku dan adik-adikku,tp sekarang kenapa mereka begitu lunak??? Inilah yg membuat anakku akhirnya menjadi sulit diatur dan selalu ingin dituruti kemauannya. Kalau sudah begitu, aku akan memarahi anakku. Marah,marah dan marah... Itu yg selalu aku lakukan jika anakku sulit diatur. Astaghfirullohal'adhiim... Dalam sebuah buku yg pernah kubaca,di situ dituliskan," Termasuk kewajiban seorang istri (ibu) terhadap suaminya adalah mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baiknya dengan penuh kesabaran,lemah lembut dan kasih sayang. Janganlah ia memarahi nak-anaknya di hadapannya,mendoakan kebinasaan atas mereka,mengutuk mereka atau merasa terganggu dengan keberadaan mereka,karena hal itu dapat menyakitinya dan barangkali Alloh mengabulkan kebinasaannya yg ditujukan pd mereka." Naudzubillahimindzalik... Ya Alloh,betapa hinanya diriku... Kenapa sabar dan ikhlas begitu sulit kulakukan???
Siapapun yg membaca catatan ini bisa menilai ibu yg seperti apakah diriku ini. Terserah anda akan menilainya. Aku akui aku masih punya banyak kelemahan dan kekurangan. Aku tidak akan menyalahkan kedua orang tuaku atas perlakuan yang pernah mereka perbuat terhadapku. Toh,bisa jadi mereka belajar dari perlakuan orang tua-orang tua mereka dahulu. Mereka belajar dari kehidupan mereka dahulu. Dan yg pasti,terkadang kita tidak menyadari kalau ternyata kita selu belajar dari apa yg kita lihat dari orang tua kita. Dalam beberapa kesempatan orang tuaku meminta maaf atas apa yg pernah mereka lakukan dulu. Mereka juga berulang kali mengingatkan agar aku jangan melakukan kesalahan seperti apa yg pernah mereka lakukan terhadapku dahulu.
Aku teringat dengan apa yg diucapkan oleh Imam Ghozali di sebuah buku yg pernah aku baca.
"Anak adalah amanat bagi orang tuanya. Hatinya bersih,suci dan polos. Anak akan selalu menerima segala yg diukirnya dan akan cenderung terhadap apa saja yg mempengaruhinya. Maka apabila dia dibiasakan dan diajarkan melakukan kebaikan,niscaya akan seperti itulah anak terbentuk. Sehingga kedua orang tuanya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sang anak akan menjadi orang yg terdidik. Namun apabila di anak dibiasakan untuk melakukan kejahatan dan diterlantarkan bagaikan binatang-binatang liar,sengsara dan celakalah dia. Dosanya akan ditanggung langsung oleh kedua orang tuanya sebagai penanggung jawab dari amanat Alloh."
Yap... Anak adalah amanat. Anak juga adalah penolong ketika ajal kita telah dijemput. Rasululloh bersabda,
"Sesungguhnya Alloh tidak akan menambahkan umur seseorang apabila sudah datang ajalnya. Tapi tambahan umur adalah siapa yg diberi anugerah Alloh berupa anak yg sholeh yg selalu mendoakannya,maka doanya akan menyusul orang tuanya si alam kubur." <Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hakim dari Abi Darda r.a.>
"Apabila manusia telah meninggal,terputuslah amal perbuatannya,kecuali tiga hal,yaitu: amal jariyah,ilmu yg bermanfaat dan anak yg sholeh yg selalu mendoakannya." <Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairoh>
Aku berharap agar dalam mendidik anak-anakku aku senantiasa diberikan kesabaran dan keikhlasan. Mudah memang diucapkan,namun selalu saja sulit untuk dilakukan... Aku pun berharap agar teman-temanku sekalian selalu mengingatkan diriku jika kesabaran dan keikhlasanku mulat surut... Doa tak henti-hentinya aku panjatkan,agar anak-anakku kela menjadi anak-anak yg sholeh. Doa merupakan pancaran hati yg menggambarkan cinta dan kasih sayang. Rasululloh bersabda,
"Ada tiga doa yg pasti dikabulkan ole Alloh SWT, doa orang yg teraniaya,doa orang yang sedang dalam perjalanan dan doa orang tua untuk anaknya." <Diriwayatkan oleh Abu Huroiroh>
Anakku kini telah bertambah satu,dan selanjutnya mungkin akan bertambah lagi. Beban berat sebagai orang tua tentunya akan semakin bertambah. Belum lagi tuntutan jaman semakin membuat kita sebagai orang tua dituntut untuk menghasilkan generasi-generasi yg sholeh,namun tidak hanyut dalam persaingan duniawi. Kita pun tidak bisa begitu saja menjadikan mereka menjadi seperti apa yg kita inginkan.
Pernahkan anda membaca tulisan Kahlil Gibran yg berjudul "ON PARENTING"? Dia menuliskan,
Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yg rindu akan dirinya sendiri
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu,tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh tapi bukan jiwa mereka
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok,
yg tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka,tp jangan coba menjadikan mereka sepertimu
Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu
Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu menjadi anak-anak panah yg hidup diluncurkan
Sang pemanah telah membidik arah keabadian,
dan ia merenggangkanmu dengan kekuatannya sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh
Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketkia ia mencintai anak-anak panah yg terbang,
maka ia juga mencintai busur yg telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan
Setiap anak sudah memiliki masa depannya masing-masing. Dia akan selalu belajar dari kehidupannya di masa lalu untuk menjadi manusia yg lebih baik. Dan kita sebagai orang tuanya juga harus belajar menjadi tauladan bagi anak-anak kita,yg selalu mengajarkannya toleransi,dorongan,pujian,sebaik-baiknya perlakuan,rasa aman,dukungan,kasih sayang dan persahabatan agar nantinya kelak mereka menjadi manusia yg bisa menahan diri,penuh percaya diri,belajar menghargai,adil,dan selalu menebarkan cinta dalam kehidupannya... Semoga.
Kubuka lembar demi lembar. Mataku terhenti pada sebuah tulisan yg dulu aku kutip dari salah satu buku pegangan semasa kuliah. Aku lupa buku apa itu. Sebuah tulisan dari Dorothy Law Nolte,judulnya
"CHILDREN LEARN WHAT THEY LIVE"
Jika anak dibesarkan dengan celaan,ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan dorongan,ia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian,ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan,ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,ia beajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan,ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Saat pertama kali membaca tulisan itu,aku langsung mencatatnya. Aku bertekad untuk menerapkan apa yg dituliskannya saat mendidik anak-anakku kelak. Tulisan ini menjadi semacam rujukan dan pedoman dalam menerapkan pola asuh terhadap anak-anakku nantinya. Aku ingin menjadi orang tua yg bisa menjadikan anak-anakku manusia-manusia yg bisa mengendalikan dan membawa dirinya sebaik-baiknya,penuh percaya diri,bisa menghargai orang lain,selalu bersikap adil,menyenangi dirinya hingga akhirnya belajar menemukan cinta dalam kehidupannya...
Pikiranku menerawang jauh ke masa silam. Seandainya orang tuaku dulu membaca apa yg dituliskan oleh Dorothy,sepertinya masa kecilku akan terasa lebih indah lagi. Kuakui,masa kecilku sangat membahagiakan. Aku memperoleh apa yg anak-anak lainnya dapatkan,melakukan berbagai permainan,menonton film-film yg sedang trend,mengunjungi berbagai objek wisata,mencoba berbagai makanan,minuman dan jajanan yg enak-enak... Masa kecil yg menyenangkan tentunya. Tp tak ada yg tahu isi hatiku ini. Ada yg selalu mengganjal dalam diriku,apalagi kalau bukan perlakuan orang tuaku terhadapku. Ternyata teman-temanku juga banyak yg diperlakukan sama. Celaan,cemoohan,penghinaan bahkan juga tindak kekerasan,sepertinya bukan hal yg asing dilakukan orang tua terhadap anak,bahkan tak jarang guru-guru pun melakukan hal yg sama. Dorongan,semangat,motivasi,pujian,dukungan adalah hal yg sepertinya sulit sekali dilakukan. Beruntunglah anda-anda yg tidak mengelami masa kecil seperti itu. Bagiku,perlakuan seperti itu sangatlah membekas dihati. Aku pun berjanji akan memperlakukan anak-anakku dengan sebaik-baiknya perlakuan. Aku tidak ingin seperti orang tuaku.
Hingga akhirnya aku berkeluarga dan memiliki satu anak,apa yg dituliskan Dorothy ini aku terapkan pada anakku. Pujian,dorongan,kata maaf,sepertinya begitu mudah aku lontarkan. Anakku pun tumbuh menjadi anak yg cerdas, penuh semangat,percaya diri,berani tampil,mudah bergaul,supel... Tapi entah kenapa,meski bertekad untuk selalu memperlakukan anakku dengan sebaik-baik perlakuan,selalu saja aku membentaknya,memakinya,saat dia melakukan kesalahan. Mulanya dia masih menurut padaku. Namun masa-masa dimana dia mulai sekolah,menjadi masa yg menegangkan. Mungkin karena melihat kelakuan teman-temannya yg sering menangis,memukul,mudah marah,dia jd ikut-ikutan. Kalau sedang berada diantara kerumunan orang banyak,aku bisa menahan sabar. Jaim dong. Hehehe. Tp saat tidak bersama orang lain,aku kerap menjewer,mencubit atau memukulnya. Dulu metode itu berhasil diterapkan orang tuaku padaku. Kalau sudah 'dihajar militer',begitu aku mengistilahkannya,aku akan diam,takut orang tuaku akan bertambah marah. Tapi ketika diterapkan pd anakku,yg ada dia malah semakin mengamuk dan menangis sejadi-jadinya. Ternyata nggak mempan... Siapa yg bisa menahan emosi ketika sedang dihadapkan pada situasi semacam ini. Kepala rasanya mau pecah menahan amarah. Ubun-ubun kepala ini rasanya seperti terbakar,saking panasnya... Astaghfirullohal'adiim... Setan apa yg sedang bergelayut dalam diriku. Apa yg tidak ingin aku lakukan seperti orang tuaku,ternyata aku sendiri melakukannya.
Berbekal berbagai buku,majalah dan tabloid tentang pola asuh dan perkembangan anak,aku jadi mengetahui apa kesalahanku. Salah satunya adalah dualisme pola asuh yg diterapkan antara aku dan suamiku, versus kedua orang tuaku. Anakku adalah cucu pertama bagi orang tuaku. Mereka kerap memanjakan anakku. Apa yg dilarang oleh aku dan suamiku justru diperbolehkan oleh orang tuaku. Anakku kerap mendapatkan apa yg diinginkannya,padahal bagiku,anak harus berprestasi dan berbuat baik terlebih dahulu untuk mendapatkan reward,dan banyak lagi pertentangan yg dilakukan. Kadang aku tidak terima dengan sikap orang tuaku. Dulu mereka begitu keras terhadapku dan adik-adikku,tp sekarang kenapa mereka begitu lunak??? Inilah yg membuat anakku akhirnya menjadi sulit diatur dan selalu ingin dituruti kemauannya. Kalau sudah begitu, aku akan memarahi anakku. Marah,marah dan marah... Itu yg selalu aku lakukan jika anakku sulit diatur. Astaghfirullohal'adhiim... Dalam sebuah buku yg pernah kubaca,di situ dituliskan," Termasuk kewajiban seorang istri (ibu) terhadap suaminya adalah mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baiknya dengan penuh kesabaran,lemah lembut dan kasih sayang. Janganlah ia memarahi nak-anaknya di hadapannya,mendoakan kebinasaan atas mereka,mengutuk mereka atau merasa terganggu dengan keberadaan mereka,karena hal itu dapat menyakitinya dan barangkali Alloh mengabulkan kebinasaannya yg ditujukan pd mereka." Naudzubillahimindzalik... Ya Alloh,betapa hinanya diriku... Kenapa sabar dan ikhlas begitu sulit kulakukan???
Siapapun yg membaca catatan ini bisa menilai ibu yg seperti apakah diriku ini. Terserah anda akan menilainya. Aku akui aku masih punya banyak kelemahan dan kekurangan. Aku tidak akan menyalahkan kedua orang tuaku atas perlakuan yang pernah mereka perbuat terhadapku. Toh,bisa jadi mereka belajar dari perlakuan orang tua-orang tua mereka dahulu. Mereka belajar dari kehidupan mereka dahulu. Dan yg pasti,terkadang kita tidak menyadari kalau ternyata kita selu belajar dari apa yg kita lihat dari orang tua kita. Dalam beberapa kesempatan orang tuaku meminta maaf atas apa yg pernah mereka lakukan dulu. Mereka juga berulang kali mengingatkan agar aku jangan melakukan kesalahan seperti apa yg pernah mereka lakukan terhadapku dahulu.
Aku teringat dengan apa yg diucapkan oleh Imam Ghozali di sebuah buku yg pernah aku baca.
"Anak adalah amanat bagi orang tuanya. Hatinya bersih,suci dan polos. Anak akan selalu menerima segala yg diukirnya dan akan cenderung terhadap apa saja yg mempengaruhinya. Maka apabila dia dibiasakan dan diajarkan melakukan kebaikan,niscaya akan seperti itulah anak terbentuk. Sehingga kedua orang tuanya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sang anak akan menjadi orang yg terdidik. Namun apabila di anak dibiasakan untuk melakukan kejahatan dan diterlantarkan bagaikan binatang-binatang liar,sengsara dan celakalah dia. Dosanya akan ditanggung langsung oleh kedua orang tuanya sebagai penanggung jawab dari amanat Alloh."
Yap... Anak adalah amanat. Anak juga adalah penolong ketika ajal kita telah dijemput. Rasululloh bersabda,
"Sesungguhnya Alloh tidak akan menambahkan umur seseorang apabila sudah datang ajalnya. Tapi tambahan umur adalah siapa yg diberi anugerah Alloh berupa anak yg sholeh yg selalu mendoakannya,maka doanya akan menyusul orang tuanya si alam kubur." <Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hakim dari Abi Darda r.a.>
"Apabila manusia telah meninggal,terputuslah amal perbuatannya,kecuali tiga hal,yaitu: amal jariyah,ilmu yg bermanfaat dan anak yg sholeh yg selalu mendoakannya." <Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairoh>
Aku berharap agar dalam mendidik anak-anakku aku senantiasa diberikan kesabaran dan keikhlasan. Mudah memang diucapkan,namun selalu saja sulit untuk dilakukan... Aku pun berharap agar teman-temanku sekalian selalu mengingatkan diriku jika kesabaran dan keikhlasanku mulat surut... Doa tak henti-hentinya aku panjatkan,agar anak-anakku kela menjadi anak-anak yg sholeh. Doa merupakan pancaran hati yg menggambarkan cinta dan kasih sayang. Rasululloh bersabda,
"Ada tiga doa yg pasti dikabulkan ole Alloh SWT, doa orang yg teraniaya,doa orang yang sedang dalam perjalanan dan doa orang tua untuk anaknya." <Diriwayatkan oleh Abu Huroiroh>
Anakku kini telah bertambah satu,dan selanjutnya mungkin akan bertambah lagi. Beban berat sebagai orang tua tentunya akan semakin bertambah. Belum lagi tuntutan jaman semakin membuat kita sebagai orang tua dituntut untuk menghasilkan generasi-generasi yg sholeh,namun tidak hanyut dalam persaingan duniawi. Kita pun tidak bisa begitu saja menjadikan mereka menjadi seperti apa yg kita inginkan.
Pernahkan anda membaca tulisan Kahlil Gibran yg berjudul "ON PARENTING"? Dia menuliskan,
Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yg rindu akan dirinya sendiri
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu,tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh tapi bukan jiwa mereka
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok,
yg tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka,tp jangan coba menjadikan mereka sepertimu
Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu
Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu menjadi anak-anak panah yg hidup diluncurkan
Sang pemanah telah membidik arah keabadian,
dan ia merenggangkanmu dengan kekuatannya sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh
Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketkia ia mencintai anak-anak panah yg terbang,
maka ia juga mencintai busur yg telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan
Setiap anak sudah memiliki masa depannya masing-masing. Dia akan selalu belajar dari kehidupannya di masa lalu untuk menjadi manusia yg lebih baik. Dan kita sebagai orang tuanya juga harus belajar menjadi tauladan bagi anak-anak kita,yg selalu mengajarkannya toleransi,dorongan,pujian,sebaik-baiknya perlakuan,rasa aman,dukungan,kasih sayang dan persahabatan agar nantinya kelak mereka menjadi manusia yg bisa menahan diri,penuh percaya diri,belajar menghargai,adil,dan selalu menebarkan cinta dalam kehidupannya... Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar